Menumbuhkan Kembali Minat Membaca Anak Di Era Gadged

11.59

Menumbuhkan Kembali Minat Membaca Anak Di Era Gadged



Di era gadget seperti sekarang ini, membunuh exsistensi penerbit bacaan seperti novel, komix hingga koran. Dengan kata lain minat baca apalagi membeli buku di masyarakat kita lambat laun akan punah. Hal ini di pertegas dari survei oleh UNESCO di tahun 2015, dan hasilnya sangat mengejutkan. Dari 1000 orang di Indonesia hanya 1 orang saja yang masih memiliki kebiasaan membaca buku. Miris bukan ....

Berkurangnya minat membaca di masyarakat kita membuat putra-putri wall Indonesia menuangkan gagasan unik dan kreatifnya untuk mengembalikan minat membaca bangsa. Munculnya ragam perpustakaan keliling Indonesia, patut di acungi jempol. Di lereng gunung Selamet Purbalingga Jateng, bisa meminjam buku bacaan berbagai bahasa Indonesia dan Inggris yang di antar oleh seekor kuda putih bernama Luna.

Pelakunya adalah seorang Bapak Ridwan Sururi yang adalah seorang perawat. Yang prihatin dengan kebiasaan anak-anak sekarang yang lebih betah berlama -lama bermain gadget. Berkat kuda  pustakanya itu pak Sururi ramai di beritakan media lokal mau pun internasioanal. Tertarik dengan peran dan usahanya yang ingin mengembalikan minat membaca sejak usia dini.

Di Polaweli Mandar, Sulawesi Barat ada pustaka keliling yang di persiapkan untuk menjangkau pulau terpencil dan teluk Makasar. Pencetusnya adalah Muhammad Ridwan yang mengalih pungsikan perahu, motor dan becak sebagai penebar ilmu atau pustakaan keliling. Dari pustaka keliling yang paling nyentrik dan unik adalah perahu perpustakaan Labinga loan.

Pustaka keliling ini beroprasi di kawasan teluk Makasar dan membawa sebanyak 5000 buku setiap harinya. Alasannya sederhana saja, agar buku bacaan dapat menjangkau anak-anak di pulau -pulau kecil. Sehingga minat membaca bisa tumbu. Banyak membaca pasti banyak ilmu tersebar. Atas kepeduliannya ini pada minat membaca buku anak -anak di Polaweli Mandar, Ridwan masuk dalam daftar list pahlawan penebar kebaikan bangsa oleh CNN di dunia maya.

Dan yang satu ini unik serta satu -satunya di dunia, Taman Bacaan yang di bangun dari tumpukan 2000 lebih ember es krim. Perpustakaan mikro ini di bangun di Taman Wisma Bandung. Ini adalah kreatifitas dari arsitek Indonesia Delian Suriawinata dan Dorian Heselman dari Rosterdam Belanda.

Sang arsitek enggak sembarangan membangun tumpukan ember-ember bekas, lubang pada ember bekas yang membentuk sebuah pola binarikut yang artinya adalah, buku yaitu adalah jendela dunia terinspirasi oleh Ridwan Kamil dari gerakan hijau yang jadi proritas Ridwan Kamil wali kota Bandung. Kabarnya lagi sang arsitek butuh 3 bulan untuk menyelesaikan perpustakaan mikro ini dengan menghabiskan dana sekitar rp 520 juta.

Selain untuk menumbuhkan minat membaca anak-anak Bandung, perpustakaan berbentuk kotak ini, juga dapat di gunakan sebagai panggung seni miniature, seperti ajang kesenian kecil-kecilan.

Nah cerita di atas adalah kisah beberapa orang yang sangat peduli pada minat membaca buku. Yang jika kita tidak melakukan sesuatu, maka generasi muda mendatang akan hilang kebiasaan membacanya. Gadget juga bisa di jadikan media baca dan menulis, akan tetapi yang terjadi di sekitar kita, gadget lebih banyak di gunakan anak-anak untuk bermain game dan medsos (media sosial).

Bukan untuk belajar dan mencari ilmu dengan mudah. Sedikit sekali dari orang-orang dan anak-anak yang menggunakan gadget sebagai wadah dan media mencari ilmu dan belajar. Mungkin saya adalah sedikit dari orang-orang yang memanfaatkan gadget sebagai media mencari ilmu.

Ya dari facebook dan internet saya lebih banyak belajar dan banyak mendapatkan teman yang berbagi ilmu dan pengetahuan. Seperti sekarang, saya juga sedang belajar menulis  di blog dan rajin membaca. Yang mana saya bertemu dan berkenalan dengan mereka yang lebih dulu menulis di blog.

Nah di luar sana ada banyak orang yang khawatir akan punahnya kebiasaan membaca buku. Sekarang adalah tugas para orang tua nih, yang mengarahkan dan memperhatikan kebiasaan anak-anaknya. Karena orang tua juga turut serta membangun bangsa.

Ini juga yang menjadikan saya prihatin tentang seorang ibu muda yang bercerita bahwa, anak dari temannya yang sudah pandai bermain gadget. Padahal umurnya baru 3 tahun. Dari cara dia bercerita saja, begitu bangganya dia pada anak temannya tersebut. Dan dia juga bercita-cita untuk mengenalkan gadget sejak bayi pada anaknya. Biar cepat pandai juga main gadgetnya.

Sedikit lagi cerita atas pengamatan saya tentang gadget bagi anak -anak yang di lakukan seorang lagi kenalan saya. Agar anaknya tidak rewel dan tak pergi kenama-mana, dia menyediakan komputer bagi anaknya . Dan itu menjadi satu-satunya permainannya sampai malam tiba. Dan umur anaknya adalah 5 tahun.

Pulang sekolah sang anak langsung menghadap komputer seharian, tanpa pernah tidur siang yang notabennya adalah menyehatkan bagi anak-anak. Nah, bagaimana menurut anda tentang hal ini ??? Apakah ini adalah satu kemajuan atau kemunduran cara berfikir ??!!! Yang mana gadget belum menjadi sebuah kebutuhan bagi anak-anak yang masih balita.

You Might Also Like

3 komentar

  1. Iya. Gadget udah kian mendominasi waktu bermain anak

    BalasHapus
  2. Gadget belum lah menjadi kebutuhan bagi anak-anak. Lebih aik beri mereka buku bacaan, bukan smart gadget.

    BalasHapus
  3. Gadget belum lah menjadi kebutuhan bagi anak-anak. Lebih aik beri mereka buku bacaan, bukan smart gadget.

    BalasHapus