Museum X Camp Vietnam, Wisata Sejarah yang Wajib Dikunjungi di Batam
08.00Museum X Camp Vietnam, Wisata Sejarah yang Wajib Dikunjungi di Batam
Ada versi cerita dan kisah yang didengar tentang X Camp Vietnam. Berlokasi di Pulau Galang, tepatnya di jembatan 5 Barelang. Sebuah pulau kosong namun terdapat pengungsi dari Vietnam yang perang saudara di negaranya. Ada apakah ini? Mengapa mereka bisa ada di sana?
Versi yang kudengar adalah, mereka diam-diam membuat perkampungan di pulau kosong tersebut. Namun ketika BJ Habibie membangun jembatan yang akan menghubungkan 7 pulau, ketika itulah BJ Habibie memulangkan mereka kenegaraan asalnya. Diusir paksa!
Ternyata kisah yang sebenarnya adalah, para pengungsi dari Vietnam itu memang dikumpulkan di sana atas anjuran dari Presiden Suharto yang kala itu menjabat sebagai Presiden RI. Atas izin dan dinaungi oleh PBB, perkampungan itu pun dibangun.
Nah sejarah ini bisa diketahui pada acara Batam Tempo Dulu yang setiap tahunnya digelar di Batam. Atau pun kalian bisa datang ke Museum X Camp Vietnam pada jam 09:00 pagi maka akan ada narator yang menceritakan kisah dari sejarah Museum X Camp Vietnam.
Bukan sekedar datang untuk berphoto lalu pergi tanpa kesan dan tak tau tentang sejarahnya. Apa bila kalian datang ke Museum X Camp Vietnam ini mintalah petugas atau guide menjelaskan tentang sejarahnya. Lalu berikanlah tips kepadanya untuk jasa yang telah dia berikan. Sebab pengetahuan kalian lebih mahal dibandingkan uang tips yang diberi. Ya, sejarah panjang dan menyedihkan tentang Museum X Camp Vietnam.
Sejarah itu bermula pada tahun sekitar 1970-an. Dimana Vietnam mengalami perang saudara karena kekalahan dari kubu-kubu yang kalah, dan tak menerima putusan menang lawan. Perang itu mengakibatkan banyak korban hingga mereka harus mengungsi bersama keluarganya. Dengan alat transportasi sederhana mereka mengarungi lautan dengan perahu dan kapal-kapal kecil. Mereka bertebaran dimana-mana. Bahkan ada yang di Malaysia, di pulau-pulau Kepri seperti Natuna, dan Anambas. Ratusan ribu pengungsi yang hidup menderita dan tak punya kejelasan hidup.
PBB turun tangan memberikan bantuan kepada para pengungsi, namu kesulitan, sebab mereka berserak dimana-mana. Rencana PBB akan mengumpulkan mereka di satu wilayah. Pada saat itu Suharto tampil Sebagai Pahlawan dan menyarankan agar mereka dikumpulkan di Pulau Galang. Dahulu Pulau Galang adalah Pulau kosong tapi berpenghuni. Maka dibangunlah sebuah perkampungan yang terdiri dari rumah-rumah, rumah sakit dan perkebunan, tempat ibadah, bahkan penjara.
Mereka juga terisolasi tidak dapat pergi dan keluar dari lingkaran yang disepakati. Semua kebutuhan hidup mereka didanai oleh PBB. Mereka yang punya keahlian didata, digunakan untuk sesama. Dan mereka pun hidup bahagia meski masih belum jelas tentang bagaimana nanti. Setidaknya mereka berkumpul dengan sekitar 200 ribuan pengungsi.
Ada banyak juga peristiwa yang terjadi, seperti pemerkosaan yang mengakibatkan korban yang mati bunuh diri. Lalu mereka membuat tugu kemanusiaan. Ya! Selama 16 tahun mereka hidup dan menetap di Pulau Galang.
Setelah keadaan aman dan perang telah usai, mereka dikembalikan ke negaranya. Sebagian ada yang mendapatkan suaka di negara maju dan berkembang, seperti Paris, Jerman dan Amerika. Tentu mereka yang memiliki skill dan kemampuan lebih. Mereka yang dianggap biasa saja dikembalikan ke negara asal. Namun tak semudah itu ternyata mengembalikan mereka. Dan hal itu bukan kabar bahagia. Mereka yang tak mendapatkan suaka ingin menetap dipengungsian itu, bahkan tak sedikit yang mati bunuh diri dengan menggantung diri, membakar diri bersama keluarganya. Mereka tak ingin pulang!
Kesedihan mereka akan perpisahan, dan kenangan sungguh menjadi kisah haru. Selama bertahun-tahun mereka bersama, akhirnya terpisah-pisah. Mereka yang akhirnya menyadari harus pulang, dikembalikan dengan kapal-kapal melalui jalur laut. Ada juga yang melalui jalur udara dengan pesawat.
Pada tahun 2014, mereka mengadakan reuni ke lokasi Museum X Camp Vietnam. Segala haru dan kesedihan kembali mereka rasakan. Tangisan dan raungan dari mereka ketika tau lokasi itu dijaga dan dilestarikan. Begitu tiba di pintu gerbang Museum X Camp Vietnam, terdengar teriakan dari tangisan mereka. Seperti anak kecil mereka menangis haru bersama. Ketika turun dari bus, mereka langsung tersungkur ke tanah sambil meraung. Terdengar lebay dan berlebihan atas expresi mereka. Tapi itulah tangisan haru mengenang bahwa mereka pernah tinggal dengan nyaman di tempat itu.
Terbayang bagaimana perasaan mereka, suka duka di lokasi itu teringat kembali dan mereka juga bahagia serta berterima kasih, karena tempat itu kini dijaga dan rawat. Mereka masih saling berhubungan meski jauh dan terpisah negara. Dan mereka pun merencanakan reuni tersebut.
Mungkin yang datang juga bukan mereka yang pernah tinggal di sana. Menurut penjaga Museum, ada juga sebagian ingin berziarah karena terdapat makam kakek dan nenek mereka. Museum ini sangat bersejarah, bahkan banyak yang belajar sejarah perang Vietnam datang ke lokasi ini. Tak hanya dari dalam negeri, dari luar negeri pun banyak yang datang mempelajari dan mencari informasi dari sejarah perang saudara Vietnam. Ketika saya berkunjung kembali di Museum ini ada beberapa anak magang di sana. Mereka datang dari Bandung, Sumatra dan wilayah lain di Indonesia.
Kisah di atas disampaikan oleh guide, yang dulu juga ikut terlibat dalam pemulangan para pengungsi. Saya lupa nama bapak itu, yang pasti beliau sudah tua. Dengan sabar beliau menjelaskan dari awal hingga pemulangan para pengungsi Hinga reuni pertama di tahun 2014.
Ya, Museum X Camp Vietnam adalah wisata sejarah yang pernah ada di Pulau Galang Batam. Kalian juga harus tau sejarah itu bukan sekedar datang berphoto tanpa tau kisahnya. Sebab masih banyak orang yang bahkan sudah beberapa kali datang ke sana hanya sekedar photo tapi tak banyak yang tau kisah-kisah dibalik photo-photo yang dipajang. Mereka masih menerima informasi yang salah, seperti kisah ku di atas. Nah agar wisatamu ke Museum X Camp Vietnam bermakna juga harus tau sejarahnya. Atau kunjungi "Batam Tempo Dulu" yang setiap tahun digelar di Batam.
0 komentar