Cerita Perbatasan Dua Negara Di Indone
00.01Cerita Perbatasan Dua Negara Di Indonesia
Cerita perbatasan dua negara terkadang menjadi cerita yang unik dan seru. Bagi sebagian orang yang jauh dari perbatasaan, tentu cerita tentang kehidupan dua negara itu akan sangat menarik untuk di dengarkan. Walau tak seindah dan semaju kota-kota besar, namun geliat kehidupannya jadi pengalaman hidup berbeda. Dari segi kesulitan dan juga kemudahannya tentu mengundang rasa ingin tau banyak kalayak. Seperti cerita dua perbatasan negara yang saling membutuhkan dan saling bersinggungan, dan juga bertolak belakang. Yuk simak ...
Indonesia dan Malaysia
Wilayah perbatasan di pulau melalui jalur sungai yang membentang menjadi alat transfortasi air yang perjalanannya tergantung oleh cuaca. Jika hujan dan angin kencang, belum lagi ketika air meluap akibat hujan yang turun, maka tidak ada jadwal untuk keberangkatan. Melalui jalur sungai ini juga menjadi penghubung ke negara tetangga yaitu Sabah Malaysia. Antara Indonesia - Malaysia disini bebas keluar masuk walau tanpa dokument resmi seperti paspor. Dua negara yang berdekatan yang hanya di tandai oleh bendera yang berkibar.
Sabah adalah wilayah termiskin dari Malaysia, namun terlihat lebih rapi dalam penataanya. Selain itu belanja bahan makanan jauh lebih murah di bandingkan belanja di Tarakan, seperti halnya BBM (bahan bakar minyak) disini di jual secara ilegal melalui jalur sungai. Bbm yang sejatinya adalah subidi dari pemerintah untuk rakyatnya, di beli dari Sabah Malaysia masih jauh lebih murah.
Terlihat juga ayam, yang biasa di kenal ayam merah Malaysia ini di beli dengan harga 6 rm saja per ekornya. Sementara di Indonesia sendiri bisa mencapai rp 50 ribu per ekornya. Walau perkapal pompong mereka harus membayar sekitar rp 6 juta, tapi harga ini masih jauh lebih murah. Ironi memang, warga Indonesia harus belanja ke Sabah Malaysia untuk kebutuhan mereka. Di Sabah Malaysia ketersediaan bahan pokok cukup melimpah dan harganya pun lebih murah.
Terlihat juga ayam, yang biasa di kenal ayam merah Malaysia ini di beli dengan harga 6 rm saja per ekornya. Sementara di Indonesia sendiri bisa mencapai rp 50 ribu per ekornya. Walau perkapal pompong mereka harus membayar sekitar rp 6 juta, tapi harga ini masih jauh lebih murah. Ironi memang, warga Indonesia harus belanja ke Sabah Malaysia untuk kebutuhan mereka. Di Sabah Malaysia ketersediaan bahan pokok cukup melimpah dan harganya pun lebih murah.
Indonesia dan Timor Leste
Hampir 15 tahun sudah Timor Leste memisahkan diri dari Indonesia. 25 tahun menjadi bagian dari Nusantara. Galih sepanjang 149 km membentang jauh di antara Timor Leste dan Indonesia. Menjadi Patokan 2 negara sebagai tanda pembatas. Walau sudah terpisah namun Timor Leste masih berhubungan erat dengan Indonesia. Pasar desa di Nusa Tenggara Timur ini selalu ramai dari jam 6 pagi sampai jam 12 siang. Banyak pengunjung yang datang dari Timor Leste. Lalu seperti apakah kehidupan di perbatasan negara ini...?
Meski daerah pedesaan namun menjadi lintasan 2 negara. Penduduk setempat membaur menjadi satu bersama warga dari Timor Leste. Beberapa pedagang menawarkan jasa tukar uang dolar. Karena berada di Indonesia, mau tak mau warga dari Timor Leste harus menukarkan uang mereka terlebih dahulu. Itu lah yang menjadikan banyak lapak pedagang dolar pasar.
Di Timor Leste sayuran harganya sangat mahal. Itulah sebabnya mereka rela berjalan sejauh 3 km lebih dari kampungnya ke pasar. Walau beda negara namun para pedagang tak membeda-bedakan asal diri mereka. Bagi mereka syarat uang lebih penting di bandingkan meributkan siapa mereka.
Warga Timor Leste harus melapor ke beberapa pos sebelum kembali ke Timor Leste. Setelah melalui penjagaan harus melewati Imigrasi. Perlintasan 2 negara ini masih sangat terbatas. Jangan membayangkan perbatasan 2 negara ini dengan jalanan mulus beraspal, batas 2 negara ini adalah sungai yang lumayan lebar. Mereka pun menyebutnya sungai perbatasan.
Itulah keberadaan Indonesia yang tak terpisahkan. Walau sudah terpisah, Timor Leste masih sangat bergantung dan mengandalkan Indonesia. Namun mereka tak membeda-bedakan, bahkan masalah pendidikan pun tidak ada alasan bagi mereka penduduk negri sebelah. Belajar adalah kewajiban anak-anak, waktu belajar dan selagi murid para guru pun siap untuk mengajar. Para guru sadar masa depan anak dan mengajarkan mereka adalah sebuah ke wajiban.
Kehidupan di Perbatasan Timor Leste berbanding terbalik dengan perbatasan antara Malaysia dan Indonesia. Yang pasti cerita -cerita perbatasan dua negara ini nyatalah bahwa mereka tak benar-benar terpisah.
0 komentar